Rabu, 21 Juli 2010

Minggu, 18 Juli 2010

JIWA TAK BERNYAWA


1. Pembukaan (bunyi Gong 5-6 kali)
2. Pembacaan naskah puisi Taufik Hidayat (dengan posisi pembaca duduk di kursi)
NASKAH PUISI

Aku bertemu mayat-mayat.
Mayat-mayat itu belum masuk ke liang lahat
Mayat-mayat itu berdiri bergoyang-goyang
Dari saat ke saat.
Kebanyakan muda-muda
Belasan tahun dan dua belasan tahun itu mayat
Mayat-mayat anak bangsa yang dicengkeram madat
Mayat-mayat yang berdiri bergoyang dari saat ke saat
Mereka masih hidup tapi sudah mayat
Dicengkeram madat. Heroin, Kokain, Sabu, Ekstasi
Marijuana cair, serbuk dan padat.
Yang disebarkan oleh bandar-bandar amat keparat
Yang dibekingi orang-orang bersenjata dan berpangkat.
Aku dikerubungi anak-anak muda
Yang sudah hampir mayat.


3. Bunyi gemuruh gong yang lama dan banyak, sambil mengiringi tiga aktor yang masuk dengan sempoyongan dengan berputar hebat (10 detik) lalu aktor jatuh ke lantai.
4. Aktor pertama bangun dengan sempoyongan dan wajah bingung, sendu, mabuk membaca naskah puisi berikutnya


12, 13, 14………… (2 kali baca) umurku beranjak
Waktu ku panjang rasa…..hampa….tak kulihat makna
Terpuruk dalam detik, menit, jam, hari, minggu, bulan
Waktu-ku terasa tiada………….tahukah engkau???

5. Pembaca pertama jatuh kembali,dan aktor kedua bangun membaca naskah berikutnya, dengan mata nanar, bingung, mencari-cari.

ada disini….bukan….mungkin disana….kucari lagi disini.
Di sini….di sana (baca ulang-ulang)
Di mana kucari…………tahukah engkau???

6. Actor kedua jatuh kembali,lalu bangun actor yang ketiga dengan senyum-senyum mabuk(sambil menangis) dan membaca naskah puisi berikutnya dengan senyum-senyum seperti melihat sesuatu yang indah.

Warnanya teramat indah ….begitu harmoni…..merah-kuning-jingga
Bersatu asri dengan biru, hijau, nila…..
Aku coba menjangkaunya….namun…..warnanya memudar….menghilang….
Kenapa kini tiada…..hanya kelam yang memutariku…………tahukah engkau???

7. Gemuruh gong (10 detik) aktor semuanya bangun,dengan berputar-putar mabuk, lalu semuanya berdiri dengan posisi lemas dengan tatapan ke audiens.
8. Ketiga aktor membaca naskah puisi dengan bergiliran
• Aktor pertama
Datanglah asa……
Berdansalah gembira….
kusambut gelak tawa
berharap bahagia

• Aktor kedua
Wahai…….
Kemarilah memelukku
Jangan tinggalkan
Gelap warna dan kelabu
Tak mau…..
Ku ada sendu itu….

• Aktor ketiga
Ada warna hendak pergi
Kutahan erat kembali
Gemuruh ini
Begitu menyesakkan hati
Duhai….kunanti
Pelangi…usai badai malam ini….

9. Suara gong yang ramai bergemuruh pelan mengiringi puisi bersautan

• Hai malaikat-malaikat Pil, suntik serta serbuk warna-warni
• Kemarilah kesini
• Wahai serbuk-serbuk nista yang menenggelamkan ku
Jangan pergi dari diri
Temani jangan hampakan malam ku
Kita berpestaaaaaa…………………(suara gong semakin keras dan panjang serta suara-suara sautan dan teriakan, klimaksnya berputar sekencang-kencangnnya menangis dan berteriak hingga lemas terjatuh selama 20 detik)setelah itu sang narrator bangkit menghampiri tiga actor dengan raut sedih diiringi lantunan dzikir doa Nabi Yunus.
Narator beranjak ke arah wali murid yang terlihat terisak menagis, narator memegang tangan wali murid tersebut lalu diajak ke depan dekat tiga actor yang terbaring di lantai. Lalu narator membaca puisi.

Aku bertemu mayat-mayat.
Mayat-mayat itu belum masuk ke liang lahat
Mayat-mayat itu berdiri bergoyang-goyang
Dari saat ke saat.

Kebanyakan muda-muda
Belasan tahun dan dua belasan tahun itu mayat
Mayat-mayat anak bangsa yang dicengkeram madat
Mayat-mayat yang berdiri bergoyang dari saat ke saat

Mereka masih hidup tapi sudah mayat
Dicengkeram madat. Heroin, Kokain, Sabu, Ekstasi
Marijuana cair, serbuk dan padat.
Yang disebarkan oleh bandar-bandar amat keparat
Yang dibekingi orang-orang bersenjata dan berpangkat.
Aku dikerubungi anak-anak muda
Yang sudah hampir mayat.

Apakah ada asa untuknya
Apakah nyata masa depan anak bangsa
Di manakah pendamping sisinya
Kemana ia lontarkan gundahnya
Dan ia bertanya pada kita………………. tahukah engkau???








PESAN MORAL
Demikianlah tadi puisi teaterikal yang dibawakan oleh anak-anak ar-raihan. Anak-anak kita sebelah kanan ( raihan rafi aziz, naufal zahari, wiky bilqis, indah zafira, galih marisa, fitri fatarani) . Puisi “Jiwa Tak Bernyawa” tersebut mengandung pesan bahwa sebenarnya betapa sangat berbahayanya narkotika, yang telah banyak merenggut masa depan anak bangsa. Diperrlukan bimbingan dan perhatian dari orang tua yang ekstra, agar anak-anak kita tidak terjebak dan terjerumus ke barang haram itu. Dari dini inilah kita jaga anak kita.